Peternak Sapi Perah di Mulyaasih Kuningan, Tetap Survive Ditengah Pandemi

Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Heri Taufik

Jabarbisnis.com, Kuningan – Pandemi Covid-19 yang panjang tak menyurutkan semangat pelaku usaha ternak sapi perah dan sapi potong di Kampung Mulyaasih, Desa Puncak, Kecamatan Cigugur.

Saat Kuninganpos.com (Jabarbisnis grup) mengunjungi kampung penghasil susu sapi segar di Kuningan ini, nampak kelompok peternak sapi tengah beraktivitas seperti biasa di masing-masing kandangnya.

Salah satu peternak sapi perah, Ondi, saat ditemui Kuninganpos.com di kandang sapi miliknya, Senin (9/8/2021) mengatakan, adanya pandemi tidak begitu berpengaruh terhadap usaha peternakan sapi di Mulyaasih. Ia dan peternak lain setiap harinya rutin memerah susu saat pagi dan sore hari, mencari makanan sapi yaitu jerami padi dan sisa pohon sayur-sayuran, membersihkan kandang, dan secara rutin memeriksa kesehatan sapi.

“Terpenting saya harus menjaga agar sapi tetap sehat. Jika sehat sapi akan menghasilkan susu yang berkualitas dan bisa di perah susuanya setiap hari. Jika sapi sakit sebaliknya, bahkan harga jual sapi pun akan jatuh hingga 8 juta per ekor. Sementara saat beli harganya 23 jutaan,” tutur Ondi.

Selama pandemi, harga susu segar menurut Ondi masih stabil, yaitu Rp5000-6000/liter. Ondi sendiri mempunyai 6 ekor sapi. Dari satu ekor sapi bisa menghasilkan 15-20 liter susu. Jika rata-rata setiap satu ekor sapi bisa menghasilkan 15 liter susu, dikalikan 6 ekor sapi, maka setiap harinya Ondi mendapatkan hasil penjualan susu sebesar Rp540.000. Pendapatan harian tersebut masih dikurangi dengan beban operasional dan perawatan kesehatan sapi. Menurut Ondi, jika ada sapi sedang sakit tidak bisa diperah susunya.

Susu yang sudah diperah setiap hari ia jual ke koperasi KSU Karya Nugraha Jaya yang berkantor di Desa Cipari, Cigugur. Ia dan peternak sapi perah lainnya sudah lama bekerjasama dengan KSU Karya Nugraha Jaya yang menampung susu segar dari peternak sapi perah di Kuningan. Uang hasil penjualan susu baru bisa ia dimbil setiap satu bulan sekali.

Ondi sendiri sudah 10 tahun lebih menekuni profesi beternak sapi. Awal beternak, ia diberi modal satu ekor sapi oleh ayahnya. Ketekunannya merawat satu ekor sapi berbuah hasil. Ondi kini memiliki lebih dari 10 ekor sapi. Belum lagi sapi potong yang sudah beberapa kali ia jual, selain hasil penjualan susu.

Selain memelihara sapi perah, pria beranak tiga ini, juga memelihara beberapa ekor sapi potong. Biasanya penjualan sapi potong akan ramai permintaan pada saat memasuki momen hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Ondi juga terbuka bekerjasama jika ada pihak investor mau bermitra usaha penggemukan sapi potong.

“Usaha sapi potong cukup menguntungkan. Saya bisa merawat sapi tiga bulan menjelang lebaran. Harga pembelian sapi untuk penggemukan bisa mencapai Rp 20 juta per ekor. Setelah kurang lebih tiga bulan masa waktu penggemukan harga jual sapi potong bisa mencapai Rp25-30 juta per ekor dengan bobot 300-500 kilogram,” ungkap pria yang pernah tampil sebagai pemenang dan meraih penghargaan dari KSU Karya Nugraha Jaya tahun 2016 lalu sebagai peternak sapi perah yang menghasilkan kualitas susu terbaik.

Menekuni profesi sebagai peternak sapi, menurut Ondi, keuntungan dari penjualan susu, dan dari penjualan sapi potong cukup menghidupi keluarga kecilnya. Ia bersyukur peternak di Kampung Mulyaasih masih bisa bertahan ditengah pandemi saat ini.

Dikatakan Ondi, ia dan peternak lainnya berharap harga pakan ternak dan harga jual susu tidak merugikan para peternak. Ia juga meminta ada perhatian dan pemerintah terkait dengan bantuan modal biaya untuk pengembangan usaha ternak sapi perah. (NURIS)

By Nurul Ikhsan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Menarik Lainnya